Sabtu, 19 April 2008

UNITED AND MUSIC

http://bola.okezone.com/images-data/content/2008/04/04/200/97576/UE9jEu1KsX.jpg

MANCHESTER - Ruang ganti pemain ternyata sangat menyenangkan bagi Rio Ferdinand. Ia menggambarkan suasana ruang ganti Manchester United, layaknya acara Eurovision Song Contest, di mana setiap pemain punya lagu favorit dan selalu menyanyikannya.

Setiap turun minum atau seusai pertandingan, para pemain akan berebut memasang musik kesukaannya dengan sound system yang disediakan didalam ruang ganti. Tak jarang mereka pun bernyanyi dengan keras bila usai memenangkan pertandingan.

"Saya punya iPod, yang berisi beragam musik. Saya menyukai musik lawas dan irama disko, mungkin kesukaan saya ini ketinggalan jaman," jelas Rio Ferdinand seperti dikutip The Sun (4/4/2008).

Rio menceritakan jika rekan-rekannya adalah sekelompok pemuda yang mencintai musik, seperti Patrice Evra, Cristiano Ronaldo dan Owen Hegreaves.

"Patrice Evra suka musik orkestra dari Prancis. Sedangkan Cristiano Ronaldo adalah penggemar berat penyanyi asal Portugal, Nelly Furtado. John O'Shea cenderung lembut, ia suka lagu West Life," beber Rio.

Dari kesemua pemain United, hanya Owen Hargreaves dan Wayne Rooney yang menyukai Oasis. Padahal, grup musik asli Inggris ini membentuk gerakan anti Manchester United, karena mereka fans sejati Manchester City.

(Tentang Milan) Sejarah


Sejarah
Sejarah

Markas besar MILAN pertama kali didirikan di 'Fiaschetteria Toscana' di Via Berchet di Milan, pada tahun 1899. Dari momen itulah sebuah sejarah besar tentang klub sepakbola AC Milan, untuk lahir sebagai klub yang menorehkan namanya dalam buku rekor sepakbola, khususnya pada 15 tahun terakhir, menjadi satu dari tim paling terkenal dan tersukses di dunia.

Sejarah Rossoneri diukir oleh nama-nama legendaris yang telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan klub, baik mereka adalah seorang presiden, pelatih, maupun pemain.

Presiden pertama AC Milan adalah ekspatriat asal Inggris, Alfred Edwards, yang memberikan kemenangan kejuaraan untuk pertama kalinya, yang terjadi 2 tahun setelah pendirian klub.

Presiden dengan paling banyak meraih kejuaraan adalah Silvio Berlusconi yang mengambil alih MILAN mencapai puncak permainan di dunia, pada tahun 1986.

Sebuah tim besar membutuhkan pelatih yang hebat, dan Milan tentu saja telah mendapatkan ilmu dari talenta pelatih yang luar biasa. Mereka-mereka adalah Gipo Viani, Nereo Rocco, dan Nils Liedholm adalah allenatore pada awal-awalnya, dan diikuti oleh Arrigo Sacchi dan Fabio Capello yang menggunakan taktik dan strategi pada tingkat yang baru, yang digembar-gemborkan sebagai tim dengan penerapan sepakbola modern dalam permainannya.

Seiring perjalanannya, masing-masing orang yang terlibat didalamnya juga meyakinkan publik untuk selalu memainkan sepakbola yang spektakuler.

Sejarah

Orang yang mengantarkan Milan pada era Berlusconi adalah Sacchi dan dilanjutkan oleh Capello yang memenangkan berbagai trophy kejuaraan.

Sacchi memenangkan kembali Piala Eropa (Champions League, sekarang) dengan sebuah tim yang dianggap tim paling hebat dalam sejarah, atau dikenal dengan sebutan "The Dream Team". Juga meraih titel Serie A, Intercontinental dan European Super Cup.

Capello mengikutinya dengan 4 gelar juara Liga, 1 Piala Champions, dan 1 Piala Super Eropa. Alberto Zaccheroni menjaga tradisi juara, dengan memimpin tim ini mendapatkan 1 gelar juara liga pada awal tahun kepemimpinannya, sebelum pelatih asal Turki, Fatih Terim, mengambil alih pada periode singkat dan melepaskan kendali tim kepada Carlo Ancelotti.

Dengan skill manajerialnya, membawa Milan kembali ke puncak tertinggi di Italia maupun Eropa.

Sepak Bola, Agama, dan Kita

Sepak bola telah menjadi agama. Tak hanya di Eropa dan Amerika Latin sepakbola dipuja dan menjadi bagian dari lifestyle, tapi juga di kawasan Timur Tengah, Mahgribi dan semenanjung Korea serta Cina.

Sepak bola telah menjadi agama. Tak hanya di Eropa dan Amerika Latin sepakbola dipuja dan menjadi bagian dari lifestyle, tapi juga di kawasan Timur Tengah, Mahgribi dan semenanjung Korea serta Cina. Ketika tim Arab Saudi dibantai tanpa ampun oleh Jerman 0-8 di Grup E Piala Dunia 2002, sontak para sheikh kebakaran jenggot. "Kekalahan Itu sebuah Skandal, "tulis koran Asharqul Awsath. Arab Saudi bermain tanpa penyerang, tanpa gelandang, tanpa pertahanan, bahkan tanpa penjaga gawang," demikian koran-koran di negara petrodolar sehari pasca-"tragedi nasional".

Mungkinkah sepak bola menjadi agama? Bila memakai perspektif Robert N. Bellah tentang civil relegion, maka sepak bola juga sebuah agama. Civil religion, menurut Bellah, tidak dalam arti agama konvensional. Tapi suatu bentuk kepercayaan dan gugusan nilai dan praktik yang memiliki semacam "teologi" dan ritual tertentu yang di dalam realisasinya menunjukkan kemiripan dengan agama. Boleh jadi ia adalah sebuah sistem atau praktik-praktik yang tidak ada hubungannya dengan agama. "Ritualisasi" Pancasila pada masa Orba, misalnya, yang diikuti dengan keharusan melakukan upacara bendera setiap hari Senin atau tanggal 17 Agustus, penataran P4 bagi siswa SLTP, SMU, mahasiswa dan pegawai negeri bisa disebut civil religion.

Dalam konteks ini, sepak bola bisa juga disebut civil relegion. "Teologi" sepakbola telah membuat Silvio Berlusconi, Pele, Jose Luis Chilavert dan lain-lain percaya diri memasuki panggung politik. Aneka asesoris bola begitu marak dikenakan ketika musim kompetisi bergulir. Dukungan para suporter tak jarang mengandung sentimen emosional dan fanatisme membabi buta yang rentan melahirkan holiganisme. Kadang kita sulit membedakan fanatisme terhadap satu klub bola dengan fanatisme kaum militan terhadap kebenaran agamanya sehingga mengekslusikan penganut agama lain.

Di negeri kita, sepakbola juga menjadi tontonan paling populer. Meskipun timnas kita belum pernah merasakan aura piala dunia sejak digelar tahun 1930, hari-hari ini seantero tanah air "dibakar" semarak Piala Dunia. Bisa jadi guratan kesedihan Dik Doang dalam jingle iklan, menggambarkan kepiluan nasional atas prestasi timnas kita yang tak pernah bersuara di level internasional. Syukurlah Indonesia masih meramaikan pentas bola sejagad itu melalui bola "fevernova" yang konon diproduksi di sini dan lagu Work of Heaven yang dinyanyikan grup musik Padi sebagai album resmi World Cup 2002.

Keindahan menyepak bola yang disuguhkan Piala Dunia 2002 ini sepatutnya diteladani, bukan saja oleh pemain lokal kita tapi juga para politisi, ekonom, teknokrat, agamawan dan lain-lain. Sepakbola adalah sebuah permainan tim yang ditentukan oleh solidnya koordinasi antar-lini depan, tengah dan pertahanan. Kelemahan (politisi, ekonom, birokrat) kita selama ini adalah semua bernafsu menjadi striker yang terus-menerus menceploskan gol ke gawang lawan, tapi ogah bermain sebagai gelandang, bek kanan atau kiri, jangkar pertahanan atau penjaga gawang, apalagi pemain cadangan. []